jump to navigation

Inspirasi dan Proses Kreatif Musik Generatif July 16, 2010

Posted by quicchote in archipelagic, modern-pop.
trackback

Tidak ada satu musisi atau komponis musik yang hanya pernah mendengar satu genre musik saja. Semakin banyak genre dan jenis musik yang pernah didengarkan oleh seorang musisi, cenderung karya-karya yang dihasilkannya pun semakin tinggi variasinya, yang pada gilirannya merefleksikan kreativitasnya yang makin tinggi.

Ini merupakan sebuah postulat yang terlihat pada hampir seluruh musisi modern mulai dari periode klasik hingga musik pop industrial masa kini. Sebagai contoh, coba kita perhatikan peta aliran-aliran musik rock ‘n roll pada gambar berikut (klik pada gambar untuk melihat ukuran penuh).


Pada gambar tersebut jelas sekali terdapat taut-mentaut satu aliran musik dengan musik lain. Hampir boleh dikatakan tidak ada kreativitas yang muncul tanpa adanya induksi atas inspirasi dari karya-karya sebelumnya. Sebutlah misalnya legenda grunge Kurt Cobain dengan band Nirvana-nya. Apapun komentar kita tentang musikalitasnya, kita pada akhirnya insyaf bahwa musikalitas itu tak mungkin hadir tanpa pengaruh 3 aliran besar  yang merajai pop rock sebelumnya, New Wave Rock, Heavy Metal, dan Alternative Rock. Mendengar selintas lagu-lagu Nirvana seolah telah sirna pengaruh Eurythmics, atau musikalitas serupa Led Zeppelin dan Iron Maiden, dan atau R.E.M, misalnya. Saling meng-inspirasi inilah yang pada dasarnya memutar roda kreativitas musik pop industrial. Runut-runutan lebih jauh ke belakang, akan menunjukkan bahwa jarak antara Nirvana tak jauh derajatnya dengan musikalitas Elvis Presley, misalnya: dua musisi dengan musikalitas khas yang bahkan seorang pemula akan dapat membedakannya dengan serta-merta

Semakin luas lanskap inspirasi musikalitas, maka semakin luas pula cakupan kreativitas yang mungkin dihasilkan dalam karya-karya besar. Musikalitas yang cenderung sarat dengan estetika liris dan ritmis musisi hip-hop RUN DMC, misalnya, mampu memberikan warna yang luar biasa ketika terjadi padu-padan dengan musik Soul Rock dari band Aerosmith. Coba dengarkan lagu spektakuler paduan Aerosmith dengan RUN DMC: Walk This Way.

Menakjubkan corak blues dan rap menjadi padu harmoni yang luar biasa, yang malah “menguatkan” tematika lagu yang dibawakan. Masterpiece seperti ini tentu hanya dimungkinkan ketika kru band asal Boston, Aerosmith dan rapper dari New York, RUN DMC saling dengar, saling bersintesis yang melahirkan Walk This Way yang baru. Tentu kita tak asing dengan pola kolaboratif dan karya serupa, yang menunjukkan bagaimana kolaborasi “lintas disiplin” musik memberi corak yang justru meng-aksentuasi tematika yang ingin dibawakannya. Mungkin memang bukan rahasia, musikalitas pop industrial sangat sensitif terhadap waktu, sehingga kolaborasi, jika memang bisa melahirkan harmoni, menjadi luar biasa.

Namun apa yang menjadi feel dari musikalitas sebenarnya? Jika kita memandang alam dinamika musikalitas sebagai proses evolutif, maka kita akan sampai pada sebuah pencarian akan apa yang disebut sebagai unit informasi terkecil dari musik. Musik sendiri, tentunya luar biasa kompleks!

Musik memiliki banyak aspek yang memberi kontribusi pada apa yang indah (estetis) dari musik, mulai dari kontur (naik turun melodi), warna suara (timbre), tata akustik ruang suara (reverberasi), irama, hingga style, dan sebagainya. Bahkan belakangan, dengan kerapnya sebuah musik dengan video tempat musik tersebut ditampilkan juga menjadi penting: videoklip yang baik menjadi sebuah hal yang berkontribusi pada apresiasi terhadap sebuah musik pop industrial.

Dalam lanskap kepulauan Indonesia yang menyimpan ratusan kelompok etnik yang masing-masing “mengembangkan” musikalitas khas masing-masing, kita dapat menemukan luar biasa banyaknya variasi dari musik dan lagu tradisional. Tak usah membedakan antara langgam melodis Rasa Sayange (Maluku) dengan Bubuy Bulan (Jawa Barat). Di sesama tatar sunda saja, cengkok yang berbeda dapat menunjukkan langgam melodis yang berbeda pula, ketika Bubuy Bulan dinyanyikan orang pelosok di Sukabumi dengan yang di Indramayu, yang sama-sama berbahasa Sunda.  Ini merupakan kekayaan yang luar biasa, karena tiap daerah dan kelompok etnis, memiliki lagu-lagu tradisional masing-masing, dalam bentuk dolanan anak-anak, romansa percintaan muda-mudi, hingga lagu-lagu bernuansa nasihat dan pedoman  hidup.

Kemajuan teknologi komputasi telah memperpanjang nafas statistika modern dalam tautan interdisiplinaritas dengan cabang-cabang ilmu lain, seperti fisika, biologi, dan sebagainya. Dengan memodelkan lagu tradisional Indonesia dalam aspek-aspek fisis dan mekanika-nya, telah memungkinkan kita untuk membedah lebih jauh lagu-lagu yang kita kenal. Ketika kita memandang perkembangan dan dinamika inovasi atas lagu sebagai bentuk aspek evolusioner, telah dimungkinkan bagi kita untuk mencoba meraba-raba, apa yang menjadi DNA atas musikalitas sebuah lagu tradisional Jawa, Batak, Kalimantan dan sebagainya. Penemuan aspek-aspek keindahan secara kuantitatif ini menjadi memperkaya khazanah kita akan musik secara umum, dengan efek samping: pengenalan kita lebih jauh atas attachment kelompok etnis tertentu terhadap keindahan/estetika musikalitas bunyi-bunyian atau lagu, dalam terminologi yang lebih luas.Inilah yang memicu penelitian yang, sebut saja, topik Fisika Musik, karena membedah lagu-lagu dengan pengayaan model-model yang tadinya berkembang secara komprehensif atas aspek-aspek fisika.

Pola distribusi nada-nada yang digunakan dalam satu lagu, efek memutar (spiral) dari representasi nada-nada, ketertebakan dinamis nada-nada dalam lagu (entropi dan kompleksitas sebuah lagu) dianggap bertanggungjawab atas estetika yang melahirkan sebuah untai melodis yang diapresiasi oleh publik. Dengan kata lain, ketika kita telah mengetahui nilai-nilai besaran tersebut, kita dapat “menggubah” (baca: menggenerasi) lagu-lagu yang diharapkan memiliki “rasa” yang mirip dengan lagu tersebut. Lagi-lagi, kemajuan teknologi komputasi memungkinkan hal ini kita cobakan. Hasil yang diharapkan sungguh menarik!

Sebagai contoh, kita mendengarkan lagu “Kambanglah Bungo”, sebuah lagu yang dari tanah Minang, Sumatera Barat. Untaian nada-nadanya di bait pertama lagu adalah…

…lalu kita kalkulasikan aspek-aspek fisika statistik dari lagu tersebut, dan kita perintahkan proses komputasi untuk menggenerasi lagu yang kira-kira memiliki kemiripan dengan lagu tersebut. Salah satu hasil yang diperoleh ditunjukkan seperti ini…

Bagaimana kira-kira bunyi lagu ini ketika kita mainkan, tentunya dengan tambahan harmonisasi alat-alat musik lainnya? Anda dapat mencoba menikmati dan mendengarkannya dengan meng-klik gambar di bawah ini. Dapatkah anda masih merasakan nuansa khas Minangkabau dari lagu Kambanglah Bungo dari hasil generasi ini? (klik pada gambar di bawah untuk mendengarkan)

Kajian ini tentu menjadi sangat menarik ketika kita cobakan ke musik-musik populer. Sebagai contoh, kita mencoba lagu legendaris Imagine, karya musisi legendaris John Lennon (The Beatles). Lagu Imagine di bait awalnya dapat dituliskan sebagai…

…dan salah satu hasil generatifnya, adalah…

Bagaimana kira-kira bunyi lagu ini ketika kita coba mainkan? Beberapa di antara kita yang suka bermain musik, tentu sudah bisa membayangkan dan memperbandingkan langsung antara nada-nada inspiratif Imagine dan nada-nada yang digenerasi sebagaimana ditunjukkan di atas. Namun video klip di bawah ini akan mencoba membawa kita ke sebuah keutuhan realm nuansa estetika lagu yang luar biasa ini… (klik pada gambar di bawah untuk memutarnya).

Beberapa di antara kita sah-sah saja mengatakan bahwa hasilnya masih terasa kurang “estetik”; ini bisa jadi berasal dari pemetaan yang ditunjukkan dalam klip-klip tersebut masih dimainkan ala pemetaan komputasional melodi musik (MIDI, Musical Instrument Digital Interface). Hal inilah yang menjadi tantangan kerja penelitian berikutnya. Dari sini setidaknya kita sedang melangkah kaki di suatu jalan alternatif bagaimana inovasi dan kreasi melodis dapat mengakuisisi teknologi komputasi lebih dari yang kita bayangkan sebelumnya.

Sebagai penutup, ada sebuah moral cerita yang menarik untuk coba kita renungkan bersama. Musik pop industrial telah beberapa kali membuktikan bagaimana karya-karya spektakuler dapat dilahirkan melalui interaksi “inter-disiplin” aliran musik. Hal serupa juga terjadi melalui interdisiplinaritas sains dan seni. Horizon pemahaman dan apresiasi kita akan secara eksponensial meningkat luasnya ketika kita dapat memadukan secara harmonis, sains dan seni secara apik…